Di zaman modern ini, pengguna internet lebih menyukai melihat gambar atau gambar bergerak (video). Salah satu media sosial yang menyediakan kedua hal tersebut adalah instagram. Instagram dapat kita maksimalkan manfaatnya demi tujuan lembaga, dalam diskusi kali ini fokus utamanya adalah untuk lembaga non profit. Diskusi dilaksanakan pada 16 April 2018, di Aman Indonesia (Rawa Bambu, Pasar Minggu).

Dalam penggunaan instagram kita harus tahu terlebih dahulu apa tujuan dari kita membuat instagram? Apa yang mau kita sampaikan? Kepada siapa kita menyampaikan pesan tersebut? Untuk mempermudah dalam mengetahui tujuan tersebut perlu kita buat akun Instagram lembaga kita menjadi profile bisnis. Jika kita sudah mengubah akun Instagram lembaga menjadi profile bisnis, maka kita dapat melihat presentase siapa saja followers kita, berapa rentang usianya, kapan waktu yang ideal bagi kita untuk posting, dll. Semua itu ada di bagian insight jika akun kita sudah diubah ke profile bisnis.

Insight tersebut mempermudah kita dalam menentukan target audiens kita, jika ternyata pengikut kita targetnya untuk laki-laki dan perempuan maka postingan kita harus ramah terhadap kedua jenis kelamin tersebut. Jika ternyata pengikut kita rentang usianya masih muda 18-24 tahun, maka postingan kita harus bernuansa “anak muda” agar lebih menarik minat mereka. Semua itu dapat kita lihat di Insight. Tiap akun tentunya berbeda keterangan insight-nya.

Selanjutnya, kita harus memperhatikan konten postingan kita. Konten Instagram terdiri dari 3 hal yaitu foto, video, dan narasi. Kita bebas saja memilih salah satu dari ketiganya, mana yang sesuai dan paling banyak diminati oleh pengikut kita. Tentunya, lagi-lagi hal ini bisa kita analisa melalui insight. Ada beberapa strategi konten dalam mem-posting di Instagram, diantaranya adalah :

  • Fokus tujuan dan siapa target utama kita.

Kita harus menentukan dahulu apa tujuan kita posting dan sasarannya siapa.

  • Konsistensi penjadwalan post.

Konsistensi disini maksudnya tidak perlu setiap hari posting, namun konsisten mulai dari waktu posting, jenis postingan, atau mungkin warna, dll.

  • Ubah tautan bio secara strategis.

Di dalam bio kita dapat memasukan link yang dapat kita pergunakan misalnya untuk mengarahkan pengikut kita mengisi kuesioner, mengarahkan untuk klik website organisasi, dll.

  • Hastag relevan.

Hastag disini sangat berpengaruh, postingan tanpa hastag itu seperti hampa. Dengan hastag orang lain dapat “menjaring” postingan kita, yang mana postingan kita sesuai dengan hastag yang mereka cari.

  • Gunakan iklan berbayar

Untuk poin ini optional, karena tergantung dengan kebijakan dan kebutuhan lembaga apalagi lembaga non-profit.

Hal lain yang dapat kita lakukan adalah dengan aktif menyapa para pengikut kita. Kita bisa membuat postingan yang mengajak mereka untuk komen, atau klik link di bio kita. Hal itu tentunya akan membuat pengikut kita merasa “diajak berbicara”. Untuk lembaga non-profit, karena kita tidak menjual barang atau jasa, maka yang bisa kita sampaikan kepada pengikut kita adalah :

  • Visi Misi / tujuan lembaga
  • Kegiatan lembaga
  • Branding lembaga
  • Kampanye atau menyuarakan ide-ide terkait dengan isu organisasi.

Selain itu, perlu adanya Tim Sosial Media yang terdiri dari konseptor, penyedia konten, dan pengelola konten untuk memaksimalkan penggunaan sosial media demi mendukung kinerja organisasi / lembaga.